WE ARE ONE ! We are fans of EXO. This is a place to imagine the creation of EXO. Kamsahabnida ╭(′▽`)╯ Fighting ! Kirimkan FanFiction buatan Chingu kalian ke planetexoina@yahoo.com - Untuk Kami publikasikan di Blog ini. Kamsahabnida \(´▽`)/

Minggu, 30 September 2012

Tell Me ! "You Love Me"


Author : @fazzriyah
Main Cast :          Park Jiyeon (YOU), EXO-K Kim Jong In (KAI), EXO-K Oh Sehun.
Genre   : Romance, fantasy
Length  : Multi Chapter

 “Apa kamu ingin mencoba penemuan baru kami, nona  ?” tanya seorang yeoja padaku. Aku yang sedang berkeliling melihat Pameran Technology Art di pusat kota tiba-tiba berhenti melangkah ketika seorang yeoja menawariku untuk mencoba penemuannya.
“Apa itu tidak berbahaya?” Aku merasa penasaran dan mulai melihat benda penemuannya dari jarak yang cukup jauh, kecil namun tebal sekali.
“Anniyo, Kami pastikan anda tidak akan terluka sedikit pun, nona” Jawab seorang namja yang tiba-tiba datang membantu rekannya menjelaskan.
“Setelah aku mencobanya, apa yang akan terjadi padaku?” Aku memang berminat mencobanya tapi aku juga tidak mau mengambil resiko yang dapat membahayakan nyawaku sendiri.
“Anda akan pergi ke suatu tempat 12 namja yang berbeda K-S-C-T-B-C-L-K-D-X-L-S, disana anda harus mendengar seorang namja berkata saranghaeyo agar dapat melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya dan anda akan kembali ke dunia nyata setelah mendengar saranghaeyo dari namja terakhir (12) pada intinya anda melakukan perjalanan fantasi dan jangan coba-coba mencintai 12 namja itu, nona” Tutur namja itu menjelaskan dengan jelas.
“Tunggu, kalimat apa yang baru kau eja?” Namja itu mengeja kalimat sesuatu. Aku yakin itu, ‘Apa itu sebuah kata kunci?’. Seharusnya aku berpikir lebih lama lagi, ini bukan permainan biasa meskipun aku suka permainan, kali ini berbeda.
“Album foto? Dan tidak ada foto satu pun di album ini, apa maksudnya?” Tanyaku heran dengan benda penemuan mereka. Pikiranku mulai melayang ‘apa mereka mempermaikanku? Dan bukanku yang bermain?’
“Silahkan anda buka album foto ini!” Perintah namja tadi sebari menyodorkan album tersebut. Perlahan jemariku membuka album itu. Seberkas cahaya datang dari album digenggamanku, membuat semua menjadi putih.
***
Perlahan Jiyeon mulai membuka matanya, melihat kesekeliling tempat dia berada sekarang. Begitu ramai, dan banyak lampu yang bergerak juga berwarna-warni. Klub malam? Ya, sekarang dia berada di klub malam.
“Sedang apa aku disini?” Jiyeon bertanya pada dirinya sendiri sebari melihat kerumunan orang yang sedang asyik berdansa.
“Namjachigu mu kan sedang berulang tahun, mengapa kamu malah duduk sendiri disini ?” Seorang yeoja yang setengah mabuk dan duduk di sofa tepat disamping Jiyeon berada mendekat. Raut wajah Jiyeon berubah, dia mendengar dengan jelas apa yang dikatakan yeoja disampingnya itu.
“Hei, sedang apa kau disini? Ayo nona ikut denganku!” Namja tinggi itu mengejutkan lamunan Jiyeon. Perasaan Jiyeon mulai tidak enak, dia tidak mengenali namja didepannya. Jadi mana mungkin dia ikut dengan namja yang tidak dikenalnya. Sekilas senyum diberikan pada namja itu sebagai isyarat bahwa dia tidak mau ikut.
“Jiyeon !” Sekali lagi seorang namja datang, menarik tangan Jiyeon menjauh dari namja yang tadi mendekatinya. Dia menatap Jiyeon lembut, dan sedikit ada sorot mata khawatir.
“Aku tidak apa-apa” Kalimat itu tiba-tiba dilontarkan Jiyeon tanpa sadar.
***
 “Aku tidak apa-apa” Katanya dingin dengan memalingkan wajah. Aku tidak percaya dia baik-baik saja, aku tahu dia sangat ketakutan. Dan aku bisa merasakannya, tangannya begitu dingin membuatku tidak mau melepaskannya.
“Ayo kita pergi saja! Aku tidak mau kau terluka sedikitpun” Kali ini aku menariknya pergi walau secara paksa namun tetap lembut. Dia sempat menolak walau akhirnya mengikuti permintaanku. Aku sangat tidak menginginkan yeoja ini terluka dipesta ulang tahunku. Tatapan matanya begitu dingin seperti pertama kali kami bertemu. Tapi kuabaikan..Sekarang bukan itu yang harus dipikirkan.
***
 “Selamat ulang tahun” Jiyeon memberanikan diri  mulai berperan sebagai yeoja chingu. Tidak ada jawaban dari namja yang sedang menyetir ini. Namun mobil merah tanpa atap memapar kesamping dan berhenti. Namja itu mulai melepas kemudi dan perlahan menatap Jiyeon. ‘Namja ini sangat mempesona, membuat decak kagum yang mendalam dan aku pun tidak kuat berlama-lama menatapnya. Aku takut lepas kendali, oh MyGod ! Dia begitu tampan...Apa kita bisa berciuman?’ Jiyeon sibuk dengan lamunannya sendiri, tanpa sadar JongIn sudah memulai percakapan.
“Kau tidak perlu mengatakan hal itu sampai 10 kali nona manis” Jongin tertawa melihat yeoja chingu-nya yang sedikit aneh hari ini. Jiyeon hanya diam, dia mengerti apa yang dikatakan Jongin tapi dia tidak tahu bahwa dia sudah memberikan upacan selamat sampai 10 kali.
“Apa benar? Aku tidak ingat itu Kai” Sudah jelas Jiyeon tidak mungkin mengingatnya karena bukan dia orang yang sebelumnya mengucapkan selamat.
“Kai? Siapa itu? Namja baru?”
“Anniyo..” Jiyeon tidak sengaja mengatakannya, dia pikir lebih nyaman memanggil JongIn dengan nama Kai dan terkesan berbeda dengan yang lain.
“Lalu?” JongIn benar-benar jengkel, yeojachingu-nya memanggil nama namja lain dihadapnya.
“Itu panggilan baru untukmu..” Jawab Jiyeon dengan nada rendah sambil menundukan kepala.
“Benarkah? Jadi itu hadiah untukku? Hanya itu?” Kali ini JongIn menggoda Jiyeon yang sudah lama jarang dilakukannya.
“Hmm...Mianhe” Jiyeon menganggukan pelan masih tetap menunduk.
Tiba-tiba sepasang tangan meraih dagu Jiyeon lembut. Napas mereka bertemu dengan jarak yang sangat dekat. Sesuatu yang hangat melumat bibir kecil Jiyeon. Mata Jiyeon terbelalak, jelas dia sangat terkejut. Namja tampan ini menciumnya tanpa meminta izin dirinya.
“Saranghaeyo chagiya-” Ucap Jongin dengan mesra disela-sela ciuman dengan suara kembang api yang terdengar setelah tangannya diangkat sebagai isyarat lalu kembali melumat bibir merah Jiyeon. Jiyeon yang sedari tadi diam, perlahan mulai membuka mulutnya membiarkan JongIn melakukan hal lebih. Begitu indah namun itu semua hanya beberapa menit sebelum pengelihatan Jiyeon mulai kabur, dan semua tentang JongIn menghilang ditelan cahaya.
***
Hanya beberapa menit dia bisa merasakan hangatnya seorang namja yang sangat mencitainya. Tapi dia tidak boleh jatuh cinta pada 12 namja yang akan ditemuinya. Dia takut tidak bisa pulang dari dunia fantasi ini. Jika seperti ini terus ‘adakah cara menjauhkan perasaan itu?’
Setelah cahaya itu datang dan menempatkan Jiyeon pada sebuah bed yang berbaur warna putih. Ruangan ini sangat nyaman dan tata letak barang juga sangat rapih.
“Kau sudah sadar?” Kini seorang namja membuka pintu ruangan, membawa secangkir coklat panas.
“Ne..” Jawab Jiyeon singkat. Terdengar suara detikan hujan, lalu Jiyeon melirik ke sebuah jendela dan benar saja itu adalah suara hujan. Tak lama Jiyeon mengusap lembut bibirnya, dia tidak bisa melupakan usapan hangat pada bibirnya yang diberikan JongIn. ‘Apa kita akan bertemu lagi Kai?’
“Tadi aku menemukanmu tergeletak dijalan, aku bingung lalu membawamu ke apartement-ku” Namja ini sepertinya mengerti pada tatapan bingung Jiyeon dan langsung menjelaskan apa yang terjadi. “Dan ini tas kecil yang kau bawa!” Ujar namja itu lagi.
Menerima tas kecilnya lalu memeriksa apa ada kartu identitas dirinya. Tapi hasilya ‘nihil’, dia yakin benar membaya kartu identitas ke festival. Tiba-tiba ada yang memegang bahu kirinya. Jiyeon berbalik lalu melihat seorang namja dengan senyuman yang menawan.
“Aku Kim Joon-myun, kau bisa memanggilku Sehun Sunbae” Sehun memperkenalkan diri dan senyum manisnya sekali lagi membuat Jiyeon terpanah.
***
Yeee..akhirnya chapter 1 gaje amet, kurang gereget yaa??...Tenang chapter 2 kita perbaiki..:D. Tolong beri komentarnya ya chingu!! Gomawo J

Rabu, 22 Agustus 2012

Creepy K12S (Chapter 2)

Author: @heenimk
Title: Creepy K12S (Chapter 2)
Main Cast:
EXO-K Oh Sehun, EXO-M Luhan, Eun Aeryung
Genre: Sci-fi, Romance, Fantasy, School Life
Length: Multi Chapter

“…Benar, itu artinya setiap roh punya berjuta masa lalu, sebelum mereka ‘terlahir kembali’ menjadi diri mereka yang sekarang. Dan fungsi setiap lipstick itu, adalah mengembalikanmu kembali ke dunia pada salah satu masa lalumu, sebelum roh-mu direinkarnasi.”

Creepy K12S (Chapter 1):
(http://planetexoina.blogspot.com/2012/08/creepy-k12s-chapter-1.html)

_____________________________

Aeryung merasa sedikit pening saat mencoba duduk di satu kursi perpustakaan, membuat pegangan tangan Yoobin di lengannya sontak menguat.
“Bodoh. Sudah kubilang harusnya kau berbaring saja tadi, Aeryung-ah. Kata dokter di ruang kesehatan, kan, kau anemia ringan.”
Aeryung tersenyum lemah. Mengetahui kenyataan lipstick itu membuatnya tumbang. Kalau tidak ada Yoobin, entah bagaimana nasibnya.
“Gomawo, Yoobin-ah, ngg~” Aeryung tampak ragu melanjutkan kalimatnya.
“Sehun sunbae?” Tebak Yoobin jahil, tersenyum puas melihat respon Aeryung begitu mendengar nama itu. Gadis itu kini balas menatapnya lebih antusias.
Sehun sunbae? Oh Sehun?
“Dari mana kau tahu..?”
“Oh ayolah, jangan bercanda, Eun Aeryung. Aku sahabatmu. Sudah sebulan ini kau mencekokiku dengan curhatanmu tentang namja itu, Oh Sehun. Memang siapa lagi?”
Aeryung mengulas senyum simpul. Mungkin, apa dirinya di masa ini begitu menggilai namja bernama Oh Sehun? Pantas saja nama namja itu yang tertera di lipstick.
“Bahkan tadi hampir saja kita tertangkap basah saat kau coba berdandan di sini, hanya karena kau ingin mendekati Sehun sunbae.” Yoobin menghela nafas pelan.
“Sekarang, katakan, siapa lagi the precious namja yang bisa memaksamu untuk berada di perpustakaan dekil ini setiap hari, padahal kondisimu jelas tidak sehat, kecuali Oh Sehun?”
Wajah Aeryung seketika memanas. Gadis itu berniat membuang pandangan ke arah lain, tapi malah bertubrukan mata dengan seorang namja yang tengah duduk di ujung meja mereka.
Deg. Jantung Aeryung sontak berdetak lebih cepat, tangannya reflek menarik ujung seragam Yoobin di bawah meja.
“Kecilkan suaramu, Yoobin-ah. Kau tidak lihat banyak yang melihat ke arah kita karena mendengar ocehanmu?” Bisik Aeryung, perlahan menunjuk namja itu.
Yoobin merutuk kecil. “Aish, kenapa kau tak bilang padaku, jika Sehun sunbae duduk di ujung meja itu, Aeryung-ah?”
M-mwo? Itu Oh Sehun?
Namja berkacamata tebal yang duduk di ujung meja itu Oh Sehun..?
Aeryung memandang ke arah namja itu sekali lagi.
Meski terhalang kacamata tebalnya, tapi namja bernama Oh Sehun itu, harus Aeryung akui, benar-benar tampan. Seolah menguar suatu daya pikat mistis, bahkan hanya dengan melihat sosoknya diam membaca buku seperti sekarang, jantung Aeryung sudah berdetak tak karuan.
“Kau ingin kita pindah tempat duduk?” Yoobin berbisik, membuyarkan lamunan gadis itu.
Aeryung menggeleng cepat.
Pindah tempat duduk dan kehilangan kesempatan memandang Oh Sehun? Tidak!
Setidaknya, tidak, karena sekarang Aeryung harus memikirkan cara agar bisa berciuman dengan namja itu. Dan kini seluruh fokus gadis itu hanya tertuju pada…Bibir namja itu.
Duh, such a pervert?
“Hah~aku heran kenapa kau bisa sangat tergila-gila pada namja neat, ah ani, maksudku nerd sepertinya.” Ujar Yoobin gemas.
Aeryung berjengit saat seorang yeoja tampak berjalan menghampiri Sehun dan duduk tepat di samping namja itu, membuat Sehun mengalihkan perhatian dari buku yang tengah ia baca.
Ya! Siapa yeoja genit itu?
Tsk, lihat siapa yang datang. Saingan terberatmu, Song Soojin.”
“Song Soojin? Nuguya?”
“Aish, apa selain anemia kau juga terkena amnesia?”
Aeryung mengangguk lugu, membuat Yoobin menggeleng takjub.
“Song Soojin, sunbae tingkat dua belas seperti Oh Sehun, tapi mereka berbeda kelas. Sehun sunbae juga bersikap dingin pada yeoja itu, semua yeoja, bahkan yeoja tingkat sepuluh seperti kita. Kurasa namja bernama Sehun itu sudah kehilangan minat pada yeoja, bukan?”
“Ya!” Seru Aeryung tak terima, sekilas ia melempar pandangan pada Sehun yang kini tampak cuek menanggapi ocehan riang Soojin.
“Aku berbicara fakta! Kau tahu, kan, seberapa menarik Song Soojin di mata semua namja di sekolah ini? Wajahnya, ukuran tubuhnya, latar belakang keluarganya, prestasinya, semua hal-hal yang mampu membuat yeoja lain iri, tapi, tentu saja, sifat genitnya itu nilai minus.”
Plak! Plak! Sebuah buku mendarat tepat di kepala Yoobin dan Aeryung.
Keduanya sontak menoleh kesal, seketika berganti gidikan ngeri mendapati mata ahjumma penjaga perpustakaan itu berkilat marah.
“Kalau ingin mengobrol, di luar!”
…..
“Kau serius?”
Aeryung mengangguk mantap, kedua tangannya memegang daftar piket perpustakaan erat. Wajah gadis itu berbinar, bayangan seorang Oh Sehun akan dengan senang hati memberinya sebuah ciuman terpampang jelas di pikirannya.
“Kalau aku selalu berada di sini, tidak mustahil kami bisa dekat, kan?”
“Tapi menjadi petugas perpustakaan itu terlalu berlebihan, Eun Aeryung.”
“Yoobin-ah~” Rajuk Aeryung, merasa kesal atas respon Yoobin.
Aish, sejak kemarin aku terus berusaha keras memikirkan ide brilian ini.
‘Berlebihan’ katanya?
“Arasseo, terserah keinginanmu saja, Aeryung-ah. Yang jelas sekarang aku tidak bisa menemanimu piket malam di sini, aku harus pulang cepat. Gwaenchana?”
Aeryung mengangguk kecil, beranjak melambaikan tangan pada sosok yoobin yang bersiap keluar perpustakaan.
Janggal, memang, jika tidak ada Yoobin yang menemaninya. Meski baru kemarin Aeryung mengenal sosok yeoja cerewet itu, tapi Yoobin sahabat yang baik. Eun Aeryung di masa ini pasti sangat beruntung memiliki sahabat yang pengertian sepertinya.
Sejenak pandangan Aeryung beralih pada sosok namja itu, yang sedang duduk tenang dan membaca buku di pojok ruangan, di ujung meja itu. Tempat yang sama seperti kemarin.
‘Kudengar Oh Sehun biasa ada di perpustakaan ini hingga larut.’ Terlintas perkataan Yoobin siang tadi. Dan, ya, itu sebabnya gadis itu memilih piket malam.
“Agasshi, tolong rapikan buku yang ada di rak bagian fiksi ilmiah.” Ahjumma itu tersenyum ramah, menyentuh bahu Aeryung pelan. Gadis itu balas tersenyum sopan dan mengangguk, berjalan ke arah rak yang ditunjuk oleh ahjumma itu dengan enggan.
Kesalahan terbesar menjadi petugas perpustakaan sekolah adalah jika kau tidak punya badan yang cukup besar dan kuat untuk membawa setumpuk buku tebal di gendonganmu.
Aku yakin bobot satu buku ini bahkan melebihi berat badanku.
Bagaimana bisa sebuah buku terasa seberat ini?
Sosok mungil gadis itu berjinjit menggapai rak teratas, berusaha merapikan buku-buku yang tergeletak semena-mena di atas sana.
Kedua mata Aeryung membulat saat tumpukan buku besar di atasnya mendadak hendak roboh karena tersenggol tangannya sendiri. Gadis itu sontak memejamkan matanya erat, pasrah menerima runtuhan menara buku itu.
Sial, bodoh sekali kau, Eun Aeryung!
“Eh?” Perlahan Aeryung mengerjap. Tak ada yang terjadi, tubuhnya tak merasa sakit akibat kejatuhan sesuatu. Gadis itu mendongak, seketika nafasnya tercekat mendapati sosok itu berdiri tepat di sampingnya dan mengulurkan tangannya menahan tumpukan buku itu.
Oh Sehun.
Sekejap wangi pinus menguar terasa segar menggelitik indera penciuman Aeryung, membuat jantung gadis itu berdetak sejuta kali lebih cepat. Berada sedekat ini dengan sosok namja itu, membuat Aeryung yakin bisa mendapat sebuah ciuman dengan mudah.
Tampan, pintar, dan baik hati. Apalagi yang kurang pada namja di depannya ini?
“K-kamsahamnidaㅡ”
“Pergi.”
Namja itu berujar pelan, sangat pelan, namun cukup untuk sampai di telinga gadis itu. Menampar hingga kesadaran Aeryung. Sehun mendorong tumpukan buku itu ke bagian dalam rak, mengabaikan tatapan kaget gadis itu.
“Kau tuli? Tsk, menyebalkan. Melihatmu terus berkeliaran di sini membuatku muak.”
Sementara Aeryung terdiam, pikirannya lebih sibuk mencerna setiap perkataan Oh Sehun, ketimbang memikirkan kalimat balasan yang hendak ia ucapkan.
Apa aku salah dengar?
“N-ne?”
Tsk, apa semua yeoja di sekolah ini memang merepotkan? Berhentilah melakukan hal sia-sia seperti ini.” Sehun berdecak kesal.
Aeryung bisa menangkap tatapan ‘enyah kau dari hadapanku’ dari balik kacamata namja itu, seolah menolak mentah-mentah keberadaannya di sana. Sehun menghela nafas berat dan bersiap pergi.
Plak! Sebuah buku melayang tepat mengenai punggung namja itu.
“Apa hak sunbaenim mengatakan itu?” Aeryung berujar lirih.
Kini mereka saling berhadapan.
“Neoㅡ”
“Sunbaenim tak berhak mengatur perasaanku.”
Sehun mendengus geli mendengar ucapan gadis itu. Dengan enteng diraihnya buku lemparan Aeryung, menimangnya santai.
“Pulanglah. Bukankah perkataanku wajar dan mudah dimengerti? Gadis manja dan kekanakan sepertimu, untuk apa berada di perpustakaan yang membosankan seperti ini hingga larut…”
Apa seperti ini sosok asli Oh Sehun yang disukai Eun Aeryung di masa ini?
“Kecuali kau berniat menggodaku, bukan?” Sambung Sehun oratoris, memberi satu tohokan tepat mengenai Aeryung.
Jika bukan karena lipstick sialan bertuliskan namanya, mungkin gadis itu tidak perlu susah payah menjual harga dirinya untuk mendekati namja dingin ini.
Tapi, mundur dan menyerah sekarang? Aeryung menepis kuat kemungkinan itu.
Baiklah, mengabaikan harga diri atau selamanya aku terjebak di dunia ini.
“A-aniyo!!” Sahut Aeryung cepat.
“Lalu?”
Aeryung membuang pandangan, lidahnya terlalu kelu untuk menjawab ucapan Sehun.
Berada di sini untuk menggoda namja itu? Itu juga benar, jika tidak bisa disebut obsesi mendapat sebuah ciuman darinya. Lalu apa pembelaan gadis itu sekarang?
Pandangan gadis itu tertuju pada sebuah poster yang tertempel tepat di rak di belakang tubuhnya, menarik perhatian gadis itu.
Olimpiade sekolah?
“A-aku datang untuk persiapan olimpiade. Sonsaengnim memintaku untuk belajar denganmu, Sehun sunbaenim. Kudengar kau cukup ahli di pelajaran kimia, bukan?”
“Aku menolak.”
Lagi-lagi perkataan namja itu sukses membuat mata Aeryung membulat lebar. Gadis itu selalu dibuat terkejut oleh serangan sifat asli Sehun secara beruntun. “Mwo?”
“Kalau ingin tutor, cari saja orang lain. Tidak ada keuntungan bagiku mengajarimu, bukan?”
“Taruhan.”
Kedua alis Sehun mengernyit.
“Ayo bertaruh, sunbaenim. Aku menawarkan keuntungan lebih padamu. Kalau aku kalah di olimpiade ini bahkan setelah kau mengajariku, kau boleh meminta apa pun dariku. Apa pun. Tapi, kalau aku bisa memenangkan olimpiade ini, maka…”
Aeryung berhenti sejenak, meredakan rasa gugupnya. “Maka kau harus menciumku. Eotte?”
…..
Sudah dua hari berlalu sejak hari Aeryung mengucapkan taruhan memalukan itu.
Dan sudah dua hari pula, setiap malam mereka selalu bertemu di perpustakaan hanya untuk belajar. Tak gadis itu duga, Sehun dengan gamblang menerima taruhannya. Membuat Aeryung terpaksa mendaftar olimpiade itu kemarin lusa secara resmi.
“Aish, apa kau begitu bodoh hingga tak mengingat yang kuajarkan kemarin?” Sehun mengetuk-ngetuk pensil di tangannya dengan meja, tak sabar melihat kebodohan gadis itu.
Tujuan utamanya memang agar gadis itu kalah. Tapi, melihat seseorang bisa begitu bodoh di pelajaran yang menurutnya mudah, membuatnya kesal setengah mati hingga tak sadar kini ia beralih mengajari gadis itu dengan serius.
“Aish, jinjja! Perhatikan satuannya, Eun Aeryung!” Sehun menunjuk soal fraksi mol itu tak sabar. Astaga, bisa seberapa bodoh lagi gadis itu?
Aeryung membanting pensilnya frustasi. Dingin, ketus, penuh perhitungan, dan sekarang? Berubah menjadi guru killer? Sifat namja itu terlalu jauh berbeda dari bayangannya.
Break time.” Ujar Aeryung memelas disusul helaan nafas Sehun.
Suara jarum jam mulai memenuhi keheningan di antara mereka. Ditambah keadaan sepi di perpustakaan malam itu, membuat suasana semakin awkward bagi Aeryung.
Jangan bayangkan obrolan hangat di sela belajar dengan Oh Sehun. Namja itu lebih memilih berkutat dengan bukunya daripada sekedar menatap Aeryung. Sama sekali tak ada interaksi di antara mereka, kecuali ocehan ketus namja itu saat mengajarinya.
Gadis itu menjatuhkan kepalanya bertumpuan lengan, memainkan pensilnya asal. Sesekali Aeryung melirik wajah tampan di sebelahnya.
Padahal mereka begini dekat sekarang. Apa begitu susah akrab dengan namja ini?
Aeryung membenamkan wajahnya jauh di antara kedua lengannya, saat pandangannya tak sengaja jatuh pada bibir tipis Sehun. Wajah gadis itu terasa panas.
Suara batuk namja itu membuyarkan khayalan singkat Aeryung. Gadis itu menegakkan kepalanya, menatap namja itu khawatir. “Sunbaenim gwaenchanayo?”
Namja itu tak berhenti batuk sampai berganti sebuah suara bersin. Sehun diam mengusap hidungnya sendiri, memilih tak menjawab pertanyaan gadis itu.
Aeryung mengingat pakaian yang Sehun kenakan kemarin malam. Hanya seragam sekolah tanpa sebuah sweater yang biasa ia pakai seperti sekarang.
Benar, malam itu Sehun pasti lupa membawa sweater-nya. Terlebih namja itu mengajarinya hingga larut. Tak bisa Aeryung bayangkan cuaca dingin bulan Desember yang menusuk Sehun selama perjalanan pulang kemarin.
“Chogiyo.” Aeryung mengulurkan sehelai benda putih pada namja itu.
“Plester demam.” Jawab Aeryung cepat, menangkap kebingungan di wajah Sehun. Aeryung sengaja membawa plester demam ke mana pun, berjaga jika gadis itu tumbang akibat kelelahan belajar. Tapi, justru Sehun yang tumbang lebih dulu.
Namja itu menghela nafas, kembali membaca buku di genggamannya.
Sekejap sebuah sentuhan membuat namja itu berjengit kaget. Aeryung telah beranjak dan menempelkan punggung tangannya pada dahi namja itu.
“Ya! Neoㅡ”
“Benar dugaanku.” Gumam Aeryung.
Benar saja, dahi Sehun terasa panas. Gadis itu mengacungkan plester itu ke depan. “Berhenti keras kepala, sunbaenim. Terima ini, atau aku yang akan memasangkannya secara paksa.”
“Jangan bersikap kurang ajar, Eun Aeryung.” Sehun berdengus malas.
Entah karena pengaruh demam atau karena tangan gadis itu barusan menyentuh wajahnya, Sehun merasa wajahnya jauh lebih panas sekarang.
Nafas namja itu kembali tercekat, menerima perlakuan mendadak lain dari gadis itu.
“Diam dan biarkan aku melakukannya.” Hardik Aeryung kesal, memposisikan tubuhnya lebih dekat dengan Sehun, mengabaikan tatapan protes namja itu.
“Menurutmu, apa aku harus diam saja dan membiarkan tutor-ku ambruk saat mengajariku?” Aeryung menyibakkan poni Sehun dan menempelkan benda putih itu dengan telaten.
Gadis itu mengulas senyum puas melihat benda itu tertempel rapi.
“Aish, aku tidak suka bau obat dari plester ini.”
Aeryung terkekeh geli. “Kau persis seperti anak kecil, sunbaenim.”
Sehun menatap penuh ke arah wajah gadis itu. Tanpa sadar genggaman namja itu pada buku di tangannya menguat. Sehun terhenyak saat suatu panas mulai mendidih dan menjalari hampir seluruh saraf tubuhnya. Membuatnya gelisah.
Sial, bisa seberapa kuat efek senyuman gadis itu pada tubuhnya?
…..
“Aku bangga padamu, Aeryung-ah.” Yoobin merangkul erat pundak sahabatnya.
Setelah lima hari berturut-turut mendapat les singkat dari Sehun, hasilnya? Aeryung berhasil menembus hingga semifinal. Kemajuan pesat, mengingat gadis itu lemah di pelajaran kimia.
Tinggal selangkah lagi, kau akan menciumku, Oh Sehun.
“Aku kaget sekali saat kau tiba-tiba memberitahuku bahwa kau mengikuti olimpiade hari ini, terlebih Sehun sunbae yang mengajarimu, Aeryung-ah!” Yoobin berujar antusias, Aeryung tersenyum semakin lebar.
“Jadi ini alasanmu menghindariku beberapa hari ini?” Selidik Yoobin.
“Mianhae, Yoobin-ah…Aku sibuk mempersiapkan olimpiade ini, jadi jarang bersamamu.”
Benar, seluruh persiapan olimpiade ini benar-benar menyita waktuku.
“Gwaenchana, wajar kau lebih memilih bersama sunbae kesayanganmu, Aeryung-ah.”
Satu cubitan mendarat di perut Yoobin, membuat yeoja itu memekik sakit.
“Aku harus pergi sebentar, Yoobin-ah.”
…..
Tak sulit mencari Oh Sehun.
Seperti sekarang, Aeryung bisa dengan mudah menemukan namja itu tengah berdiri menghadap rak buku di perpustakaan, tampak mencari buku, sepertinya?
“Sunbaenim.”
Sehun merasa tubuhnya sedikit meremang saat mendengar suara itu, suara gadis yang beberapa hari ini mengusik pikirannya.
“Hari ini, ya. Eotte?” Tanya Sehun tanpa mengalihkan mata dari deretan buku di depannya.
“Olimpiade? Geurae, aku berhasil masuk hingga semifinal, sunbaenim.” Gadis itu berseru riang. “Kau masih ingat taruhan kita, bukan? Jika aku menang, makaㅡ”
“Sehun-ah?”
Sebuah suara lain menyela. Aeryung menoleh dan melihat sumber suara itu, seorang yeoja tampak berdiri tak jauh dari mereka. Raut heran tergambar jelas di wajah yeoja itu.
Ah, Song Soojin.
“Sehun-ah, siapa yeoja itu?” Tanya Soojin lagi, menunjuk gadis di samping Sehun. Aeryung balas menatap yeoja itu bingung.
Semua berlangsung begitu cepat saat Sehun menarik tangan Aeryung, memojokkan tubuh gadis itu dengan kasar ke dinding dan menghimpitnya. Mengangkat dagu Aeryung, mengarahkan wajahnya mendekat dengan wajah gadis itu.
Begitu mendadak, hingga rasanya nafas Aeryung terhenti seketika.
Tak lama Sehun berbalik badan sambil mengusap sudut bibirnya sendiri, nafasnya terengah.
Masih mengurung tubuh mungil Aeryung di sela kedua lengannya, namja itu menghujam Soojin dengan tatapan tajam. “Bisa kau berhenti menggangguku, Soojin-ah?”
Sehun menghela nafas lega saat mendengar langkah kaki yeoja itu berlari menjauh. Sebuah pukulan ringan di dadanya membuat namja itu menoleh. Eun Aeryung.
Sehun tersenyum jahil melihat wajah merah padam gadis itu. “Eotte? Kau suka?”
“Aish, apa-apaan tadi? Sunbaenim tidak benar-benar menciumku!” Aeryung memukul dada Sehun kesal, bagaimana gadis itu tidak marah?
Barusan Sehun memang ‘terlihat’ menciumnya. Tapi, kenyataannya berbeda. Namja itu menyelipkan sebuah notes kecil di antara bibir mereka. Dan Aeryung merutuk dirinya sendiri yang berdebar hanya karena kejahilan konyol seorang Oh Sehun.
Akting yang bagus, Oh Sehun. Menggunakanku untuk mengusir penggemar fanatikmu dengan berpura-pura menciumku, lalu apalagi?
Sehun gelak tertawa, sejenak Aeryung terpesona melihat tawa namja itu.
“Kau ingin aku menyentuh ini?” Sehun mengusap bibir Aeryung lembut, membuat dentuman di dada gadis itu terasa semakin riuh. “Kalau begitu berusahalah di semifinal, final, dan menangkan olimpiade itu untukku, Eun Aeryung.”
…..
Seperti dihempaskan dari langit ketujuh, semangat Aeryung tadi siang kini berubah menjadi helaan nafas jengah bertubi-tubi.
Padahal, secara pribadi Oh Sehun sudah memintanya untuk memenangkan olimpiade itu untuknya. Tapi yang terjadi? Gadis itu gagal.
“Agasshi, bisa kau kembalikan buku-buku ini di rak?”
Ahjumma itu memberi setumpuk buku, seperti biasa. Aeryung balas tersenyum ramah dan mengambil alih tumpukan buku itu, setengah terhuyung menggendongnya berjalan menuju rak yang dimaksud.
“Aish.” Desah gadis itu, duduk di satu kursi perpustakaan.
Pikirannya terlalu lelah sekarang. Aeryung menatap ragu tumpukan buku bawaannya yang kini berada di atas meja, gadis itu menunda niatnya merapikan buku-buku itu.
Lamunan Aeryung seketika buyar melihat sosok namja itu duduk tepat di sebelah kursinya.
“Eotte?” Terkesan tak acuh, Sehun bertanya namun masih menatap fokus buku di tangannya.
“Hmm.” Gumam Aeryung tak jelas.
Gadis itu merasa sesak seolah terhimpit berjuta ton beban.
“Biar kutebak, kau gagal?”
“…..”
“Sudah kuduga.”
“Ya! Berhenti meremehkanku, Sehun sunbaenim!”
“Kau ingat taruhan itu?”
“A-akuㅡ”
“Agasshi, kau belum menatanya?” Sebuah suara menyela mereka.
Dengan cepat Sehun mengambil satu buku dan menarik kepala gadis itu ke depan, mendekatkan wajah keduanya. Sehun mencondongkan tubuhnya, sementara satu tangannya menahan kepala Aeryung. Menjadikan buku itu kamuflase kissing scene mereka.
“Aish, anak muda jaman sekarang.” Terdengar keluhan ahjumma itu.
Sehun meletakkan buku yang menutupi wajah mereka begitu ahjumma itu pergi.
Tsk, pengganggu tak diundang.” Gumam Sehun, merujuk pada sosok ahjumma itu.
Sebuah pukulan ringan di lengannya menyentak kesadaran namja itu. “Ya! Kau selalu senang memukulku?” Rintih Sehun, menangkis serangan bertubi-tubi Aeryung.
“Sunbaenim! Kenapa kau selalu menimbulkan salah paham pada orang-orang, huh? Tadi siang kau berpura-pura menciumku di depan Soojin sunbae, barusan kau berpura-pura menciumku lagi di depan ahjumma penjaga perpustakaan?!”
Aeryung terus memukul lengan Sehun. Gadis itu gelagapan, debaran jantungnya terasa tak karuan sekarang. Seolah benda itu tengah memberontak keluar.
Aish, bagaimana bisa namja di tahun 1920 ini membuatku nyaris gila?
“Berpura-pura?”
“Kau hanya menggesek-gesekkan hidungmu di hidungku, barusan!” Aeryung menunjuk hidungnya sendiri, kesal.
Sehun tertawa lepas melihat wajah merah padam Aeryung. Gadis itu benar-benar menarik. Aeryung mengambil satu buku asal, menutupi wajahnya yang terasa panas.
“Eun Aeryung.”
“Hmm.” Gumam gadis itu, masih menutupi wajahnya di antara halaman buku English.
“Eun Aeryung, kau ingin sekali ciumanku?”
Aeryung meremang mendengar ucapan Sehun barusan. “A-aniyo.”
Sehun mengulas senyum simpul. “Ingat taruhan kita? Aku punya hak meminta permohonan padamu, apa pun itu, bukan?”
Gadis itu mengangguk lemah, masih tak berniat melepaskan wajahnya dari halaman buku itu. “Malhaebwa.”
“Aku tidak pernah menerima penolakan.” Sehun bergumam santai, menutup buku yang daritadi ada di genggamannya sendiri. Namja itu bahkan menarik lepas kacamatanya.
Tanpa Aeryung sadari, Sehun bergerak mendekat, merebut buku yang menutupi wajah Aeryung dengan satu gerakan cepat. Membuat gadis itu kaget dan mendongak menatapnya.
“Eun Aeryung, mulai detik ini jadilah yeojachingu-ku.”
Tak habis keterkejutan Aeryung, matanya kembali terbelalak kaget saat sebuah sapuan hangat terasa menyentuh bibirnya.
Seolah tampak kontras, Sehun menarik kepala Aeryung kasar dan melumat bibir gadis itu lembut. Membungkam tatapan kaget Aeryung atas permohonannya itu.
Namja itu memejamkan matanya erat, membiarkan sesuatu dalam tubuhnya kembali mendidih dan membuatnya gelisah. Sehun mengakui fakta bahwa hanya dengan menyentuh gadis itu mampu membuatnya gila.
Kehilangan kendali dan menuntut lebih, wajar bagi seorang namja, bukan?
Sehun menghisap rakus setiap belahan bibir gadis itu, tak menyisakan celah untuk sekedar mengambil nafas. Sementara Aeryung mengernyitkan kening, tangannya meremas kuat lengan Sehun, saat namja itu mulai memperdalam ciuman mereka. Menimbulkan bunyi decakan yang cukup jelas terdengar, mengisi keheningan perpustakaan malam itu.
Kepala gadis itu terasa pening. Semua hal yang dilaluinya bersama Sehun mendadak terputar kembali di memorinya. Haruskah ia merasa senang karena namja itu kini menciumnya?
Aku tidak ingin berpisah denganmu, Oh Sehun.
Terlambat, cahaya itu kembali muncul dan menyapu seluruh penglihatannya. Mengirimnya terlempar ke dimensi lain, seiring sebuah material bening menetes dari sudut mata gadis itu.
***
“Eun Aeryung, kau tidak boleh memakai lipstick saat bekerja!”
Sebuah seruan sontak menyadarkan gadis itu. Perlahan Aeryung membuka mata, seketika bau harum roti menggoda keinginannya untuk mengisi perut.
Diliriknya sebuah lipstick yang tergenggam erat di tangannya.
“Luhan..?” Gumam gadis itu, membaca nama yang tertera di sana.
Oh, ayolah, wajah Oh Sehun bahkan masih terbayang jelas di ingatannya. Tangan Aeryung tergerak menyentuh bibirnya sendiri, terasa panas.
Sehun sunbae.
Tak ingin larut dalam penyesalan, kedua mata Aeryung mengeksplor keadaan sekitarnya.
Benar, tujuan utamaku adalah menyelesaikan ke 12 lipstick itu. Entah selanjutnya aku harus berciuman dengan namja bernama Luhan yang ada di dalam bakery ini atau apa, aku…
Tunggu. Sebuah bakery?
Pandangan Aeryung beralih pada pakaiannya.
Baju seragam gadis itu telah berubah menjadi kemeja dan sebuah apron yang berwarna senada, tampak manis. Gadis itu berada tepat di balik etalase berisi penuh kue dan roti.
Bagus. Kali ini aku pelayan di sebuah bakery?
Sebuah senyuman dan sapaan hangat seorang namja asing membuatnya menoleh.
“Chogiyo, agasshi.”

TBC

Creepy K12S (Chapter 1)

Author : @heenimk
Title: Creepy K12S (Chapter 1)
Main Cast:
EXO-K Kim Joonmyun a.k.a Suho, EXO-K Oh Sehun, Eun Aeryung
Genre: Sci-fi, Romance, Fantasy
Length: Multi Chapter

“…Benar, itu artinya setiap roh punya berjuta masa lalu, sebelum mereka ‘terlahir kembali’ menjadi diri mereka yang sekarang. Dan fungsi setiap lipstick itu, adalah mengembalikanmu kembali ke dunia pada salah satu masa lalumu, sebelum roh-mu direinkarnasi.”

_____________________________

Eun Aeryung terpana menatap sederet benda mungil berkilauan di hadapannya. Meski terhalang etalase kaca, buttery balm tampak terjejer rapi menggelitik sisi feminin gadis itu. Rambut panjang yang terurai sempurna, wajah mungil, dress selutut yang manis, dan sapuan tipis bedak di kulit putihnya. Apalagi yang terasa kurang pada gadis itu, selain lip butter edisi terbatas yang hanya diproduksi hari ini?
Aeryung menggeleng cepat, menepis kuat keinginan untuk membawa pulang salah satu seri buttery balm yang tengah marak menjadi perbincangan gadis-gadis muda di Korea Selatan. Setidaknya, tidak, karena sekarang ia sedang melakukan grocery shopping dengan namja itu. Berbeda jika kini ia bersama eomma, Aeryung bisa merengek agar wanita paruh baya itu membelikan benda mungil di depannya yang tergolong mahal. Tapi dengan namja itu?
“Ya, ppali, kau sudah selesai?”
Namja itu, dengan satu telinga terpasang earphone, berseru memanggil Aeryung. Kedua tangan namja itu bersidekap enggan. Sebuah troli berisi penuh bahan makanan terletak tepat di samping namja itu bersandar. Aeryung menatap miris lip butter dari luar etalase kaca, mengucapkan byebye pada seri cotton candy shade yang paling ia inginkan.
Dengan asal gadis itu meraih sebuah kotak dari tumpukan sereal di sebelahnya, berbalik, dan meletakkan sekotak cornflakes ke dalam troli mereka.
Tsk, hanya memilih sereal lama sekali.” Dengus namja itu malas.
Aeryung mengernyitkan kening, menatap tajam ke arah namja itu. “Berhentilah mengeluh seperti anak kecil, oppa.” Seru Aeryung kesal, berjalan mendahului namja itu melewati rak sayuran segar. Beginilah jika mereka berdua melakukan grocery shopping. Pertengkaran kecil? Jangan ditanya.
Namja itu tergesa meraih lengan gadisnya, perlahan turun dan beralih meraup tangan mungil gadis itu ke genggamannya. Merasakan tautan jemari keduanya semakin erat di dalam saku mantel namja itu, Aeryung mengulas senyum melihat sifat kekanakan namja-nya.
Tsk, sekarang siapa yang merengek meminta perhatianku?
“Oppa, tunggulah dulu di mobil, ada sesuatu yang lupa kubeli. Titipan eomma.” Pinta Aeryung, berbohong, tepat setelah mereka selesai membayar di kasir. Rupanya akal sehatnya masih bekerja baik, mengolah ide brilian untuk membeli buttery balm tanpa sepengetahuan namja itu.
Namja itu hanya mengangguk menurut dan mendorong troli berisi belanjaan mereka keluar. Setengah berlari Aeryung menghampiri etalase kaca tadi.
Aish, apa tadi aku salah lihat?
Aeryung mengusap matanya pelan, menelisik etalase tempat beragam kosmetik itu terpajang. Nihil, sederet benda mungil incarannya seakan lenyap.
“Kau mencari ini, agasshi?”
Satu uluran tangan sontak membuat gadis itu terlonjak kaget. Mata Aeryung menangkap sebuah kotak cantik di tangan sosok asing itu. Perpaduan metallic gold-nya terlihat menawan. Sekejap kesadarannya seperti tertarik masuk ke dalam olahan warna benda itu, membuat halmeoni yang mengulurkan kotak mungil padanya mengulas senyum simpul. Perlahan sepasang tangan keriput beringsut membuka kotak itu, memperlihatkan sederet…
Igo…Lipstick? Lip butter? Aish, mereka semua berderet manis sekali.
“Kau pasti tak akan menyesal, aku akan memberinya padamu secara gratis. Eotte?”
Aeryung menimang tawarannya.
Gratis? Penawaran seperti itu justru membuatku curiga.
Seolah mengerti, halmeoni itu mengendik ringan ke arah etalase kaca di samping mereka.
“Kalau yang kau cari adalah satu set lip butter yang diproduksi terbatas, maka kupastikan kau tidak bisa mendapatkannya. Produk itu sudah habis terjual dan itu stock terakhir di Seoul.”
Aeryung mengerjap takjub melihat kemampuan halmeoni itu membaca pikirannya.
“Jadi, bagaimana, agasshi?”
***
“Aeryungie, kkaja. Makan malam sudah siap.”
“Ne, oppa, sebentar aku ke sana.” Sahut Aeryung, balas berseru dari dalam kamar.
Sudah dua jam sejak gadis itu tiba di rumah, tapi perhatiannya tak kunjung lekang dari kotak menawan pemberian halmeoni tadi. Benar, setelah pemikiran panjang, ia memutuskan menerima kotak itu. Sosok mungil gadis itu masih betah duduk berlama-lama di depan meja riasnya, menghadap cermin. Memainkan kotak kecil itu dengan kedua tangannya.
Membuka, menutup, matanya begitu terpukau pada sederet lipstick yang terbaring rapi, tepatnya, 12 lipstick itu benar-benar mirip dengan satu set lip butter yang gagal ia beli.
“Cotton candy shade looks like a cotton candy color, baby pink with a little hint of purple, a nude color shade.” Tiru gadis itu, saat sebaris kalimat iklan lip butter terlintas di pikirannya. Ia mengambil satu di antara 12 lipstick pengisi kotak itu.
Melepas tutup lipstick itu, perlahan Aeryung memoles benda warna soft pink itu di bibirnya. Gadis itu tersenyum puas pada cermin, nude color seperti dugaannya, tampak pantas.
“Oppa pasti menyukai warnanyㅡ” Belum sempat Aeryung menyelesaikan kalimatnya, sontak kedua matanya membulat saat seberkas cahaya merambat muncul dan menyapu penglihatannya. Membuat gadis itu memejamkan matanya erat karena terlalu silau, nafasnya tercekat untuk sekedar berteriak. Aeryung hanya bisa menggenggam kotak mungil itu kuat, menepis segala khayalan aneh yang sempat-sempatnya terlintas.
…..
“Ya, Eun Aeryung, cepat keluar!!”
Tak lama pintu kamar gadis itu terbuka. Namja itu masuk dengan raut wajah kesal. Makan malam buatannya sudah dingin karena gadis itu tak kunjung keluar dari kamar. Sejenak amarahnya tertahan dan berganti menatap heran ke sekeliling kamar gadis itu. “Aeryungie? Neo oddiga?”
Sosok gadis itu lenyap.
***
“Aeryung-ssi, kau cantik sekali.”
Sebuah pujian hangat memaksa gadis itu membuka mata.
Aeryung mengerjap merasakan sapuan ringan lipstick di bibirnya. Sosok pemilik suara tadi, seorang ahjumma, tersenyum ramah padanya setelah selesai memoles bibir gadis itu. Tangan ahjumma itu beralih merapikan maria veil yang tersemat cantik di atas rambut Aeryung.
Tunggu. Maria veil?
“Warna ini cocok sekali untukmu, Suho-ssi memang jeli.” Ahjumma itu mengalihkan lipstick itu ke dalam genggaman Aeryung, gadis itu memainkan ragu lipstick bertuliskan nama ‘Suho’ di tangannya, bingung.
“Jeongseonghaeyo, ini di mana..? Nuguseyo..?”
Ini jelas, bukan kamarku.
Ahjumma itu balas menatap Aeryung tak percaya, seakan gadis itu baru saja melontarkan pertanyaan terbodoh sepanjang eksistensi kehidupannya.
“Aku tahu kau gugup, Aeryung-ssi, setiap mempelai wanita memang akan sedikit mengalami amnesia ringan di hari bahagia mereka.” Ujar ahjumma diikuti sebuah tawa kecil.
M-mempelai wanita? Aku?
Aeryung melempar pandangannya pada cermin, nyaris saja ia berteriak ketika menangkap pantulan tubuhnya mengenakan wedding dress putih. Beruntung, sepasang tangannya yang sudah terbalut sarung tangan putih reflek membekap mulutnya sendiri.
“A-aku..”
“Suho-ssi sudah menunggumu, kkaja.” Dorongan halus mengusik keterkejutan gadis itu, setengah terhuyung Aeryung berjalan ke arah dorongan tangan ahjumma itu. Menuju sosok namja dengan tuxedo hitam yang tengah berdiri memunggunginya.
“Op-oppa..?” Ucap Aeryung hati-hati, berharap ini semua hanya lelucon tidak lucu dari namja itu, berharap ini hanya bagian dari segelintir kejahilan namja itu padanya, seperti biasa.
Sosok namja itu berbalik badan, dan seketika Aeryung merasa sekujur tubuhnya meremang. Nafasnya kembali tercekat. Apa ia benar-benar amnesia?
Dia…Bukan oppa. Lalu siapa namja asing ini?
Wajah namja ber-tuxedo itu..tampan, terlalu sempurna seakan ia baru saja meloncat keluar dari buku dongeng. Aeryung memandang penuh ke arah wajah asing itu tanpa berkedip.
“Aku tahu aku tampan, chagiya.” Namja itu berdehem pelan, semburat merah samar muncul di kedua sisi wajahnya. Membuyarkan lamunan Aeryung, membuat gadis itu salah tingkah.
“Nuguseyㅡ”
“Pendeta sudah menunggu kita, kkaja.” Namja itu menarik tangan Aeryung tergesa namun sarat kelembutan.
Ya! Apa orang-orang ini selalu suka menyela perkataanku?!
“Suho-ssi.” Ucap Aeryung setelah mengingat nama sosok asing itu.
Berhasil. Namja itu, Suho, berhenti dan berbalik menatapnya.
Aeryung menatap canggung pada cengkeraman erat namja itu di pergelangan tangannya. “Nuguseyo..?”
“Mwo? Aeryungie, jangan bercanda di saat penting seperti ini.”
“Aku tidak bercanda, Suho-ssi. Akuㅡ”
“Aish, jangan bilang kau terlalu gugup karena hari ini hari pernikahan kita, chagiya.”
Suho memberi satu kecupan singkat di pipi gadis itu. “Tenanglah, arasseo?”
Aeryung menatap namja itu tak percaya. Kalau bukan gila, maka namja itu pasti salah orang. Bagaimana mungkin ia menjadi mempelai namja yang bahkan baru sekali ini ia temui?
“Kau pasti salah orang, Suho-ssi.”
Sontak Suho gelak tertawa. Diraihnya tubuh mungil Aeryung, memeluk sayang gadis itu. “Aku tidak mungkin salah mengenali kekasihku, Eun Aeryung.”
Bisikan lembut tepat di telinganya membungkam Aeryung, gadis itu terdiam.
Benar. Namja ini pasti sakit jiwa.
“Sudah, berhenti bercanda, chagiya. Pendeta dan para undangan akan marah jika terlalu lama menunggu. Kkaja.” Ujar Suho seraya kembali menarik tangan Aeryung.
Gadis itu pasrah saat tangan Suho menuntunnya menuju sebuah pintu ukiran yang cantik.
Seruan riuh saling bersahutan begitu mereka melewati pintu itu, tampak banyak orang berdiri dan memandang iri sekaligus gembira ke arah mereka. Aura bahagia terasa jelas menguar di hall megah itu. Aeryung menelan ludah. Mendongak menatap Suho, Aeryung tertegun mendapati jantungnya berdetak tak karuan saat melihat namja itu tersenyum sangat lembut ke arahnya. Wajah gadis itu memanas. Apa benar ia telah jatuh cinta..?
Jatuh cinta pada namja aneh yang meng-klaim-nya paksa sebagai mempelai wanitanya, memeluknya, mengecup pipinya, dan sekarang, membawanya berjalan menuju altar..?
Setelah serangkaian pemberkatan panjang, kini tiba pada acara puncak prosesi pernikahan mereka, apalagi kalau bukan berciuman?
Keduanya saling berhadapan. Aeryung tertunduk malu, bagaimana tidak? Ia akan berciuman dengan namja yang baru ia kenal hari ini dan mengesahkan pernikahan mereka, namja aneh yang bertingkah seakan mereka telah lama mengenal.
Mianhaeyo, siapa pun yeoja yang seharusnya berada di posisiku…
Aeryung memejamkan kedua matanya saat wajah Suho mendekat, gadis itu meremas lengan namja itu saat deru nafas mereka saling bertubrukan. Perlahan sebuah material terlembut menyentuh bibir gadis itu. Menghisap setiap belahannya dengan lembut, membuai gadis itu. Mata Aeryung mengernyit kaget saat cahaya itu kembali muncul, menyilaukan bahkan pada sepasang kelopak matanya yang masih tertutup erat.
***
“Ya! Kau gila, Aeryung-ah!”
Terdengar seruan seseorang memanggil namanya.
Aeryung mengerjap membiasakan cahaya melalui retina matanya. Ia memandang kaget pada sosok di depannya. Seorang yeoja. Dari seragam yeoja itu, seperti..anak SMA?
Ya! Tidak sopan sekali bocah ini memanggilku ‘Aeryung-ah’?
Pandangan Aeryung beralih pada lipstick dan cermin yang berada di tangannya sendiri. Sebuah lipstick berwarna peach yang cantik. Matanya membulat takjub. Lipstick ini, apa benda ini yang menyebabkan semua hal aneh terjadi padanya? Ia merogoh sakunya mencari kotak mungil berisi lipstick itu, tepat. Aeryung menautkan satu alisnya, saat mendapati pakaiannya sendiri..sama dengan milik yeoja itu.
Aku..? Baju seragam sekolah..?
Aeryung bertambah bingung saat membuka kotak mungil itu, hanya ada 10 lipstick di dalamnya. Menjadi 11 jika ditambah lipstick di tangannya sekarang. Ada satu lipstick yang menghilang, dan itu adalah lipstick berwarna soft pink yang ia gunakan di kamarnya tadi.
“Aeryung-ah, cepat sembunyikan.” Yeoja asing itu beringsut menutup lipstick dan cermin di tangan Aeryung dengan buku saat seorang wanita paruh baya berjalan melewati mereka.
“Jung sonsaengnim.” Sapa yeoja itu sopan. Sementara Aeryung hanya menunduk kikuk ke arah wanita paruh baya di hadapan mereka.
“Yoobin, Aeryung, kalian tidak boleh mengobrol di perpustakaan, arasseo?”
“Arasseo, sonsaengnim.” Yeoja itu menyahut cepat.
Yeoja itu, Yoobin, menghela nafas lega begitu wanita paruh baya itu berjalan menjauh.
“Aeryung-ah, kau benar-benar gila. Nekat sekali kau berdandan di perpustakaan, huh? Tsk, hanya karena dibutakan oleh cintamu pada namja itu? Oh, ayolah, Eun Aeryung, baru kali ini aku melihat yeoja yang begitu serius, mengejar-ngejar namja neat yang setiap hari kerjanya hanya berkencan dengan buku-buku di perpustakaan ini. Memang benar namja itu termasuk sunbae populer dengan semua prestasi akademiknya di sekolah ini, tapi, kau tidak mungkin bersaing dengan buku-buku tebal miliknya dan hey!” Yoobin berseru kesal, melihat lawan bicaranya malah melihat ke arah lain.
Perhatian Aeryung terpecah oleh sosok wanita paruh baya tadi. Rasanya mirip dengan seseorang yang ia kenal. Tapi siapa?
Wanita paruh baya itu…Geurae!
Mirip sosok halmeoni yang memberiku lipstick aneh ini.
Aeryung beralih kaget menatap Yoobin, kesadarannya terkumpul.
“Kau tidak mendengarku?” Yoobin bersungut, Aeryung tersenyum canggung sambil menunjuk pipinya yang tercoret lipstick. Sengaja, mencari alasan agar ia bisa menyingkir dari yeoja berisik itu, barang sejenak. Ada hal yang harus ia pastikan.
“Aku akan keluar untuk membeli tissue, Yoobin-ah.”
…..
“Jung sonsaengnim.” Aeryung berani melangkah mendekati sosok itu, saat dirasa hanya ada mereka berdua. Suasana koridor saat itu lenggang. “Atau harus kupanggil…Halmeoni?”
Wanita paruh baya itu berbalik dan balas tersenyum ramah. “Matamu jeli sekali, Aeryung-ah. Malhaebwa, pasti banyak yang ingin kau tanyakan padaku, bukan?”
Lipstick apa ini?” Tanpa basa-basi Aeryung menanyakan tujuan utamanya.
K12S, produk percobaan. Yang sekarang kau pakai adalah contoh sampel dari penelitian yang sedang coba kami kembangkan.” Wanita itu bersandar santai pada dinding, tak berminat meladeni tatapan tajam Aeryung.
“Jangan bertingkah macam-macam, Eun Aeryung. Ini bukan duniamu. Dan harusnya kau bersyukur karena aku mau repot-repot datang melihat keadaanmu, di dunia ini.”
“Apa maksudmu?”
Lipstick itu, sejenis time capsule yang dapat mengirimmu kembali pada dunia di masa lalu roh-mu secara random. Kau pasti pernah mendengar istilah reinkarnasi, bukan? Benar, itu artinya setiap roh punya berjuta masa lalu, sebelum mereka ‘terlahir kembali’ menjadi diri mereka yang sekarang. Dan fungsi setiap lipstick itu, adalah mengembalikanmu kembali ke dunia pada salah satu masa lalumu, sebelum roh-mu direinkarnasi.”
Aeryung menatap kotak mungil di genggamannya tak percaya.
“Ada 12 macam lipstick di kotak itu. Dan kau, gadis beruntung yang bisa mencobanya. Mencoba pergi dan mencicipi ke 12 masa lalumu. Seingatku kemarin kau sudah mencoba creamsicle, lipstick berwarna soft pink, itu, bukan? Dan, wuush! Kau langsung berada di Seoul 1987 saat di mana kau adalah Eun Aeryung yang akan menikah dengan Suho, suamimu di masa itu.”
“Aku ingin kembali. Aku tidak tertarik mengintip masa lalu roh-ku, halmeoni. Jadi biarkan aku kembali pada duniaku yang seharusnya.”
“Sayang sekali, Aeryung-ah. Untuk kembali, kau harus menyelesaikan ke 12 lipstick itu.”
“A-apa maksudmu?”
“Sudah kubilang, satu lipstick untuk satu masa lalu. Jika semua lipstick sudah kau gunakan, kau bisa kembali pada duniamu yang sekarang.”
“Ada syarat penggunaannya, Eun Aeryung, tidak bisa sekaligus memakai semua lipstick.” Wanita itu berujar santai, seolah memahami ekspresi Aeryung yang seakan mengatakan ‘hanya memakai lipstick kan, tinggal kupakai saja semua sekaligus.’
“Setelah kau memakai creamsicle kemarin, kau terlempar ke Seoul 1987 dan di sana kau berciuman dengan Suho, lalu kau langsung terlempar ke masa Seoul 1920 ini, bukan?”
Aeryung merasakan kepalanya mulai pening. Jadi, kali ini ia berada di Seoul, tahun 1920?
“Setelah kau memakai lipstick itu, kau harus berciuman dengan namja yang namanya muncul di lipstick itu, baru kau bisa berpindah masa. Jangan khawatir, karena sesaat setelah berpindah masa, kau akan menemukan dirimu tengah memakai lipstick berikutnya secara otomatis.”
Aeryung beralih menatap macaroon, sebuah lipstick berwarna peach di genggamannya. Tertera nama ‘Oh Sehun’. Jadi, kali ini ia harus berciuman dengan namja ini?
Bruk! Tubuh gadis itu ambruk seketika.
“Eun Aeryung!!” Seruan Yoobin memenuhi koridor lenggang itu. Menolong Eun Aeryung, sahabatnya, yang entah kenapa jatuh tak sadarkan diri.
Sosok wanita itu menghilang.

TBC

Senin, 16 April 2012

Foto-foto Princess Hours








SERPIHAN KERTAS KEBAHAGIAAN TERNYATA MASIH ADA


Di sekolah
            Dia sangat populer , di kenal semua guru dan staf  TU, semua sahabat dari A-Z, dan  dia juga berorganisasi. Organisasi yang dia geluti termasuk organisasi induk yaitu PASKIBRA, PI ( Pramuka Inti ), dan dia juga Sekertaris OSIS. Walau dia aktif , populer ,  di kenal banyak orang , tapi dia selalu merasa kesepian. Rasa kesepian yang di alami dia hampir setiap hari di rasakannya. Beberapa alasan yang membuat dia merasa kesepian. Pertama memiliki teman dapat tidak dipercaya olehnya , kedua sulitnya persaingan yang di hadapi , ketiga ketat nya pengawasan dari orang tua membuat dia terkadang merasa jengkel. Orang tua nya memang seorang guru yang merupakan guru di sekolah nya sendiri , jadi pantaslah jika dia selalu di awasi , dan ayah nya bekerja di sekolah dasar sama sebagai guru.
                                                            ***

            Jangan, itu semua tidak benar , bukan ??. Kenapa kau ambil semua nya dari ku??? Apa salah ku pada mu??Jika kau benci kepada ku tak usahlah sampai mengambil semua yang bukan milik mu..”. Dia bangun dari tidur nya. Jantungnya yang berdetak lebih kencang dan keringat dingin yang mencucuri dahi nya. Dia takut.
                                                            ***
Di sekolah
            Ini adalah hari pertama dia masuk sekolah kelas IX. Pada hari itu adalah pemilihan kepengurusan baru. Yang menjadi kendala siapa yang akan menjadi Ketua Murid (KM ) nya??.Wali Kelas nya sudah memilih siapa yang akan menjadi KM, tapi teman nya yang sudah di pilih itu tiba-tiba menyalahkan dia. Teman nya itu menganggap bahwa keputusan itu dia yang usulkan , dan semua karena dia, padahal kenyataan nya tidak seperti itu. Berulang kali dia jelaskan pada teman nya yang mengusulkan kepurusan itu bukan dia yang buat. Tapi temannya tidak peduli.
                                                            ***

Jangan, itu semua tidak benar , bukan ??. Kenapa kau ambil semua nya dari ku??? Apa salah ku pada mu??Jika kau benci kepada ku tak usahlah sampai mengambil semua yang bukan milik mu..”. Dia bangun lagi dari tidur nya. Jantungnya yang berdetak lebih kencang dan keringat dingin yang mencucuri dahi nya. Mimpi itu terulang lagi.
                                                ***


Di sekolah
            Teman nya masih tetap marah. Dia bingung harus bagaimana lagi. Di kelas dia selalu di ucilkan , di sindir, tapi itu harus di rasakan. Tetap tegar menghadapi semuanya ocehan temannya itu.
                                                            ***
Lapangan Voli
            Semua teman laki-laki nya selalu bermain voli sewaktu istirahat. Dan teman perempuan nya biasa selalu saja menggosip hal yang gak penting. Dia selalu memisahkan diri dari teman perempuan sekelasnya itu dan bergabung dengan teman kelas lain. Dia pikir lebih seru dan rame jika dia bergabung dengan kelas lain , semua masalah terasa hilang jika nya tidak bergabung dengan teman kelas nya sendiri.
                                                            ***